Dalam kehidupan, seringkali kita termotivasi oleh kisah-kisah legendaris yang memberi inspirasi. Kisah-kisah tersebut kadangkala membantu kita melewati masa-masa sulit dalam menjalani hidup sehari-hari. Saya begitu dan Anda juga mungkin begitu.

Kita begitu bersemangat ketika mengingat pidato William Wallace sebelum perang di hadapan pasukannya yang hanya terdiri dari para petani melawan tentara militer Inggris. Atau kita terkesima dengan kalimat yang diucapkan Maximus, jenderal perang Romawi sebelum bertempur menghadapi pasukan barbar. Barangkali juga kita sangat terinspirasi dengan tindakan sang jenderal Thoriq bin Ziyad yang membakar seluruh armada kapal perangnya di selat Gibraltar, sebelum kemudian menaklukkan dataran Spanyol dengan hanya 7000 pasukan. Atau mungkin nasehat Chris Gardner kepada putranya dalam film The Pursuit of HappYness memaksa kita terpekur, merenung dan berpikir.

Tidak dipungkiri lagi, kisah-kisah diatas memang sangat menginspirasi kita, termasuk saya. Dan mungkin juga Anda.

Namun diluar itu semua, ada satu dialog atau percakapan yang ketika saya ingat, otomatis tubuh saya kaku, bulu-bulu meremang dan saya tidak kuasa membendung genangan air mata, dimanapun saya berada.

Bagi saya, inilah dialog paling keren dan paling menginspirasi saya. Tidak ada duanya sepanjang masa. Berikut ini dialog yang saya maksud:

Jibril: Iqra'!

Muhammad: Ma Ana bi Qarii...

Jibril: Iqra'!

Muhammad: Ma Ana bi Qarii...

Jibril: Iqra'!

Muhammad: Ma Aqra?

Jibril: Iqra', bismi Rabbikalladzii khalaq. Khalaqal-insaana min 'alaq. Iqra', wa Rabbukal-akram. Alladzii 'allama bil-qalam. 'Allamal-insaana maa lam ya'lam.




 
Top