BJ. Habibie hadir di acara
Mata Najwa yang tayang di Metro TV, Rabu (5/2). Selain bicara tentang cinta dan
pengetahuan, Presiden ke-3 Republik Indonesia ini juga berbagi pemikiran
tentang kepemimpinan.
Tentang kepemimpinan,
Habibie punya kriteria tersendiri. Menurutnya, tidak semua orang cocok
mencalonkan diri menjadi pemimpin Indonesia di pemilu 2014. Ada batasan
umur yang harus diperhatikan.
“Kriteria saya, harus
(berumur) 40 sampai 60 tahun,” kata Habibie. Profesor lulusan Jerman itu
berkali-kali mengulang jawabannya. Bahkan ketika Pembawa Acara Najwa Shihab
menunjukkan beberapa foto calon presiden yang sudah tua, Habibie kembali
menegaskan jawabannya, “40 sampai 60 tahun!” Pendirian Habibie yang kukuh itu
langsung mengundang tawa penonton di studio.
Selanjutnya Habibie
bercerita tentang generasi yang tumbuh di Indonesia. Menurutnya, ada 3 generasi
yang telah lahir hingga saat ini. Pembagian generasi itu dimulai sejak masa
perjuangan merebut kemerdekaan.
“Dalam perjuangan
Bangsa Indonesia yang modern, ada tiga generasi yang kita kenal. Generasi
angkatan ‘45, yang hanya mengenal merdeka atau mati. Dia lahirkan
Pancasila, Undang-undang Dasar, dia merebut semua, hingga kita merdeka. Jiwanya
itu harus kita pelihara,” tutur Habibie.
Setelah itu, kata
Habibie, ada generasi peralihan. “Generasi yang pernah bekerja erat dengan
angkatan ’45, tapi juga pernah bekerja erat dengan generasi penerus. Yang
(berumur) di atas 60 (tahun), saya masukkan ke generasi peralihan. Karena
mereka pernah bekerja sama dengan generasi ’45 dan generasi penerus. Mereka
harus rela menyerahkan kepemimpinan kepada generasi penerus,” ungkap Habibie.
Untuk menjelaskan
tentang generasi penerus, Habibie kembali ke kriterianya tentang calon pemimpin
bangsa. “Generasi penerus itu kriterianya, berumur antara 40 sampai 60 tahun,”
jelas Habibie.
Apa yang diungkapkan
Habibie ini mengingatkan masyarakat pada gagasan Anis Matta. Ada kesamaan ruh
pada ide yang mereka sampaikan. Ada kesamaan semangat untuk menciptakan
Indonesia yang lebih baik.
Habibie dan Anis
sama-sama membagi perjalanan bangsa Indonesia menjadi tiga bagian. Habibie
membagi generasi Indonesia seperti yang diungkapkan di atas. Anis menyebutnya
perjalanan bangsa Indonesia dengan istilah “gelombang”.
“Gelombang pertama
adalah masa sebelum kemerdekaan hingga proklamasi, atau kita sebut sebagai
proses ‘menjadi Indonesia’. Orang-orang di gelombang pertama, mulai timbul
kesadaran untuk bersatu guna menghadapi tantangan dari luar,” kata Anis.
Pada gelombang kedua,
masyarakat berpikir untuk membuat Indonesia jadi lebih baik. “Pada gelombang
kedua, kita menyaksikan beberapa peralihan kekuasaan di Indonesia. Orde
Lama datang dengan fokusnya di bidang politik. Lalu Orde Baru menggantikan Orde
Lama, fokus bangsa ini bergeser dari politik ke ekonomi. Selanjutnya masa
reformasi menggantikan Orde Baru. Di masa reformasi, titik tekannya ada pada
masyarakat. Gelombang kedua ini kita sebut sebagai proses ‘menjadi
negara-bangsa modern’,” ungkap Anis.
Saat ini, menurut
Anis, masyarakat Indonesia bersiap memasuki gelombang ketiga. “Gelombang ketiga
ini dicirikan dengan munculnya masyarakat Indonesia dengan lima ciri, yaitu
populasi masyarakat didominasi orang muda – terutama yang berumur 45 tahun ke
bawah, berpendidikan bagus, berpenghasilan bagus, terkoneksi dengan baik, dan
warga negara asli demokrasi (native democracy),” jelas Anis.
Dengan demikian, Anis
berpendapat, dibutuhkan pemimpin yang cocok dengan kondisi masyarakat. Zaman
berubah, masyarakat berubah, maka perlu pemimpin yang memahami perubahan ini.
“Kita harus mencari pemimpin yang bisa mewakili pikiran, budaya, dan
kepribadian dari generasi gelombang ketiga ini,” pungkas Anis. (sbb/dakwatuna)
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2014/02/07/45962/habibie-dan-anis-matta-dua-kepala-satu-gagasan/#ixzz2sbNcTfeq
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook