Menyingkap Rahasia PacaranPacaran berasal dari kata “pacar”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, kata “pacar”
menunjuk pada dua pengertian. Pertama, pacar adalah nama tumbuhan. Tentu
saja yang dimaksud dalam tulisan ini bukan pacar dalam pengertian ini.
Kedua, pacar adalah teman tetap lawan jenis dan mempunyai hubungan intim
biasanya menjadi tunangan atau kekasih. Masih menurut kamus tersebut,
secara singkat pacar dapat diartikan kekasih atau tunangan.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan W.J.S. Poerwadarminta,
pacaran berarti bersuka-suka, berkehendak, berkeinginan. Dalam kamus lain
disebutkan pacaran memiliki
arti bercinta, berkasih sayang.
 
Memahami Makna Pacaran
 
Jalinan cinta dan kasih sayang antara pasangan muda mudi yang dikemas
dalam bentuk pacaran diasumsikan memiliki konotasi negatif. Lebih-lebih di
era keterbukaan dan kebebasan sekarang ini, kondisi kehidupan sudah begitu
permisif dan perilaku pacaran dirasakan kurang sebelum melakukan hubungan
intim yang tentu menyimpang dari etika dan moral. Banyak remaja menganggap
pegangan tangan, ciuman, dan lebih dari itu tidak tabu lagi, bahkan
dianggap hal yang biasa dan bukan dosa. Banyak survei media massa yang
menggambarkan betapa perilaku remaja nyaris tenggelam dalam pergaulan
bebas, demi memenuhi dorongan syahwat, tanpa mempertimbangkan hukum dan
moral agama. Lebih konyol lagi, pacaran ini bukan saja menjangkiti kaum
muda, sebagian kalangan orang tua yang nota bene sudah berkeluarga, virus
pacaran juga menjangkiti kehidupan mereka.
 
Dalam Islam, istilah pacaran tidak ada, yang ada adalah kata khitbah, yang
sering dihubungkan dengan maksud melamar atau meminang sebagai proses
perkenalan antara laki-laki dan wanita pranikah. Pada saat meminang atau
melamar seorang laki-laki diperbolehkan bahkan dianjurkan untuk melihat
calon pasangan hidupnya dalam batas-batas yang wajar. Hal ini agar tidak
timbul ekses dan kekecewaan di kemudian hari setelah berumah tangga.
Buku Menyingkap Rahasia Pacaran ini perlu dibaca terutama oleh kalangan
remaja agar menjadi kendali dan referensi penyeimbang, sehingga tidak
terpuruk pada perilaku asusila yang sangat berbahaya dan merugikan masa
depannya. Agar tidak kebablasan dan menyesal seumur hidup, diperlukan
wawasan berpikir dan paradigma hidup baru yang memiliki filter dan
kecerdasan emosional yang tajam. Jika dilontarkan sebuah pilihan, mana
yang mau dipilih sengsara membawa nikmat atau nikmat membawa sengsara?
Ketika memulai hidup baru dalam membina mahligai rumah tangga nanti,
alangkah indahnya jika keduanya masih dalam kondisi suci dan semangat
tempur yang tinggi. Pada saat itulah puncak kebahagiaan terjadi, dirasakan
bersama dan kepuasan berhubungan saling berbagi.
Semoga buku ini dapat memberikan kontribusi bermanfaat khususnya di
kalangan remaja dan pemuda, sehingga diharapkan lebih berhati-hati dalam
menjalin hubungan dan bergaul dengan lawan jenis. Amiin!
 
Wajib dibaca remaja, agar punya kendali dan referensi seimbang buat masa
depannya.”
 
KH. Khalilullah Ahmas, Lc., M.Pd.I.
Pimpinan Pondok Pesantren Putri As-Salaam
 
Penting dibaca untuk aktivis dakwah sekali pun!”
Muhammad Arief Mailano
Direktur Yayasan Lembaga Pembinaan & Dakwah Islam Ar-Ribath
 
“Pacaran? Basi, geto loh.”
Nassirun PurwOkartun
Kartunis
 
“Bravo! Zaman sekarang, antipacaran? Dahsyat, deh!”
Marenda Darwis
Penyiar Radio Joss FM, Trainer, dan Motivator
 
Mau tahu lebih banyak Silahkan Pesan Bukunya cuma Rp. 28.000
 



 
Top