MEMAHAMI SOSOK, TUGAS DAN BEKAL SEORANG DA’I
Sosok da’i bukanlah orang sembarangan yang bisa diorbit sebagaimana bisa mengorbitkan
sarjana akademis. Da’i adalah sosok manusia yang memiliki seperangkat hiasan pribadi yang
spesifik, memiliki shibghoh Islami dalam segala aspeknya. Berikut ini kita akan paparkan seputar
perangkatperangkat da’i sebagai sosok manusia yang spesifik.

   1. KRITERIA RUHIYAH
Kekuatan ruh merupakan prinsip dalam kepribadian seorang da’i yang tanpa kekuatan ini
seorang da’i ibarat jasad tanpa ruh, begitu pula pada umumnya manusia. Kekuatan ruh lahir dari
aktivitas ruhiyah yang dilakukan oleh seseorang. Sentral aktivitas ruhiyah adalah ibadah ilallah.
Dengan ibadah ruh menjadi kuat, hati terkendali, hati tertundukkan dan praktis tergiring untuk
menyerah dalam pangkuan Islam secara kaffah. Adapun aktivitas ruhiyah pemacu ruh da’i adalah :    

1. Beribadah dengan benar, faham apa yang dibaca, dan merasakan bahwa dirinya sedang
bermunajat dan bermuwajahah dengan Rabbnya.
2. Memelihara sholat-sholat wajib dan sunnat.
3. Memelihara keaktifan sholat jama’ah terutama sholat fajr, (QS 17:78)
4. Mendawamkan sholat malam beberapa rakaat semaksimal mungkin.
5. Menjaga amal-amal ibadah yang sunnat.
6. Tilawatil Qur’an dengan tadabbur, tafahum, secara kontinu.
7. Menjaga wirid-wirid dan dzikir-dzikir ma’surat.
8. Senantiasa merendahkan diri (tawadhu’, khudhu’) kepada Allah dengan berdo’a. Karena
do’a intinya ibadah.
Inilah keharusan bekal yang harus dimiliki sosok seorang da’i. Keberhasilan dalam mengarungi
samudra da’wah akan ditentukan oleh bekal ruhiyah ini. Bekal ini ibaratkan bahan bakar bagi
mesin. Laksana pondasi bagi suatu bangunan , bak akar bagi tegaknya pohon.


2. KRITERIA SULUK (AKHLAQ)
Pada prinsipnya apa yang Allah syari’atkan bertujuan untuk melahirkan prilaku (akhlaq) pribadi
dan sosial. Hal ini sesuai dengan misi utama kerasulan Muhammad saw. Sebagai penyempurna
akhlaq dan menadi rahmat untuk semesta alam. Oleh sebab itu suluk, amalan dan pola hidup
seorang da’i harus sesuai dengan syareat dan perintah Allah. Adapun keharusan yang mesti
diwujudkan dan harus menjadi kepribadian seorang da’i adalah sebagai berikut ,

1. Beradab dan berakhlaq Islami, meliputi:
a. Rendah hati (iffah ) dan mendahulukan kepentingan orang lain .
Seorang da’i harus bisa bersikap rendah hati dalam segala hal agar dapat dihargai
oleh orang lain, mampu menyampaikan yang harus disampaikan. da’i juga harus
bisa mendahulukan kepentingan umum daripada dirinya sendiri.
b. Bersikap toleransi dan berwawasan luas.
Da’i dituntut untuk memiliki sifat ini, suka memaafkan dan mengutamakan cinta
kasih diantara manusia, tidak egois dan mau menang sendiri. Da’i juga harus
memiliki jangkauan kedepan, tajam analisa tentang sasaran dan tujuan hingga
mampu menyingkirkan kendala penghalang, (QS 33:48)
c. Seorang da’i harus memiliki sikap benar, berani, rela berkorban, satria, zuhud,
penyayang dan muamalah yang baik. Akhlaq ini semua akan mampu membuka hati
manusia apabila dilaksanakan oleh para da’i.

2. Menjauhi hal-hal yang haram.
Dengan menjauhi hal-hal yang haram akan memancarkan nur Rabbani di dalam
hatinya serta akan terlepas dari hawa nafsu, (QS 83:14 ) Orang yang tidak bisa
mewujudkan hal tersebut tidak berhak berdiri di shof da’i.
3. Qudwah (contoh amaliyah nyata ).
Semaksimal mungkin da’i harus mampu menjadikan dirinya sebagai gambar hidup dari
apa yang di da’wahkan (Al-Qur’an) sebab da’wah bil hal lebih kuat pengaruhnya dibanding
da’wah dengan konsep.
4. Siap berkorban.
Seorang da’i berfungsi sebagai sopir manusia. Ia harus tampil pertama dalam segala
hal sebagi tauladan, dalam berkorban, berkorban waktu, harta untuk tegaknya kebenaran.
Begitu pula berkorban untuk mencegah segala kemungkinan yang akan menyebabkan
kemungkinankemungkinan negatif dalam Islam.
5. Bertanggung jawab.
Seorang da’i harus berfikir tentang kewajiban dan ruang lingkup tanggung jawabnya
sehingga mampu membimbing ummat kepada amaliah Islamiyah.
3. KRITERIA PEMIKIRAN
Pemikiran seorang da’i adalah hal yang daruri, mutlak dituntut. Bagaimana tidak, seorang da’i
sebagai transformer Islam kepada mad’unya. seorang da’i yang tidak memiliki pemikiran atau
hujjah yang kuat serta penalaran yang memadai tidak mungkin dapat diterima oleh mad’unya.
Lebih dari itu Islam sebagai bahan yang dida’wahkan sedangkan Islam sendiri itu adalah aqo’id,
dan pemikiran, prinsip-prinsip serta hukum yang semuanya itu menuntut kemampuan seorang da’i
di dalam mengemukakan nalar dan hujjahnya secara tepat dan mantap. Mampu menjelaskan
bahwa Islan itu adalah dien yang benar dan sempurna pembawa rahmat dan kedamaian dunia
akhirat. Maka untuk itu da’i harus memperhatikan hal-hal berikut ini:
2. Kejelasan konsep/fikroh da’wah yang diserukan.
Da’i dituntut agar fikroh dan da’wahnya benar-benar mantap dan jelas baik yang
bersangkutan
dengan ruhiyah, akhlaq, sosial, ekonomi, politik. Terlebih-lebih hal-hal ynag bersifat mendasar
seperti masalah aqo’id dan hal semacamnya. Da’i harus berusaha untuk menguasainya. Jika tidak
maka maka da’i tidak mampu membawa ummat kepada saasaran yang dikehendaki da’wah itu
sendiri.
3. Faham dan menguasai misi dan fikroh yang dibawanya.
Tidak boleh tidak bahwa seorang da’i harus memiliki pemahaman plus dari mad’unya, oleh
karenaitu ia dituntut bisa menguasai pemahaman ‘ulumuddin yang cukup dalam berbagai seginya.
Perkaranya bagaimana mungkin orang yang tidak mempunyai sesuatu, bisa memberikan sesuatu.
Orang jahil bisa mengajarkan ilmu, orang yang tidak faham memahamkan orang lain, suatu hal
yang mustahil secara logika.
4. Mempunyai wawasan Islam yang luas.
Lebih jauh dari yang dijelaskan di atas seorang da’i tidak cukup hanya dengan faham atau
menguasai saja. Ia dituntut memiliki wawasan ilmiyah Islamiyah yang luas (tsaqofah Islamiyah).
Mengetahui berbagai perisrtiwa dan kejadian penting, pasang surutnya pergolakan sosial, politik
dalam dan luar negeri, berbagai ketimpangan atau macam macam aliran yang berkembang. Hal
itu semuanya bisa diketahui tentang latar belakang atau sebab musababnya. Berangkat dari sini
maka untuk da’i masa kini sangat perlu sekali mempelajari hal-hal sebagai berikut :
1. Kenyataan yang terjadi dalam dunia Islam.
2. Untuk mengetahui tentang krisis geografi, ekonomi, politik, penyebaran penduduk, sebabsebab
keterbelakangan dan perpecahannya serta berbagai macam problemanya.
3. Kekuatan musuh yang menentang, khususnya adalah kekuatan Yahudi internasional,
komunis, dan Salib internasional.
4. Adanya agama-agama yang sezaman dengan Yahudi, Masehi dan Budha.
5. Adanya berbagai jenis anutan politik seperti komunis, materialis, kapitalis, demokrasi dan
diktator yang berbeda konsep dan pelaksanaannya.
6. Munculnya gerakan gerakan yang bersifat lokal maupun internasional yang berbau politik,
baik yang secara parsial maupun integral, hal ini dipelajari di dunia Islam.
7. Krisis pemikiran yang fundamental. Yakni bercokolnya sekulerisme di dunia Islam
semacam liberalisme dan nasionalisme.
8. Fikroh-fikroh yang saling bertikai dan berpecah belah.
9. Kenyataan lingkungan sekitar (sosiologi).
10. Da’i dituntut untuk mengenal dan mempelajari alam dan lingkungan sekitarnya dimana ia
tinggal atau berda’wah. Mengenal adat istiadat, sosial ekonomi, mata pencaharian, budaya
dan lain sebagainya. Hal ini dimaksudkan untuk bisa menyampaikan da’wah sesuai
dengan kondisi masyarakatnya.



 
Top