Kepemimpinan
1.a. Kepemimpinan dalam Islam
1.
Pemimpin yang Maha Muthlaq (absolut) hanyalah
Allah SWT
“Maha
Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas
segala sesuatu,” (QS. al-Mulk 67:1)
“Dan
Kepunyaan Allah-lah Kerajaan langit dan bumi serta apa yang ada di antara
keduanya. Dan kepada Allah-lah kembali (segala sesuatu) (QS. Al-Ma’idah 5:18)
“Ikutilah
apa yang Diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti
pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran
(daripadanya).” (QS. Al-A’raf 7:3)
Maka sudah selayaknya tidak ada
perintah-perintah yang menyalahi keinginan Pemimpin tunggal ini.
2.
“Kepemimpinan” Allah SWT terhadap alam ini sebagian didelegasikan
kepada manusia sesuai dengan kehendak-Nya
Katakanlah:
“Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang
Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki …” (QS.
Ali ‘Imran 3:26)
3.
Sesuai dengan adanya perbedaan-perbedaan yang ada pada manusia, maka tingkat
kepemimpinan yang dipercayakan oleh Allah pun berbeda-beda pula
“Dan
Dia-lah yang Menjadikan kamu Penguasa-penguasa di bumi dan Dia Meninggikan
sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa Derajat, untuk Mengujimu
tentang apa yang Diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhan-mu amat cepat
Siksaan-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.
Al-An’am 6:165)
4.
Dalam usaha menegakkan agama, memperjuangkan
kebenaran, memperjuangkan cita-cita, Allah mencintai mereka yang melakukannya
dengan organisasi yang rapih (ash-Shaf 4), yang untuk itu sudah barang tentu
memerlukan pemimpin.
Allah mencintai orang-orang yang berjuang di jalan-Nya
dalam barisan yang teratur, seolah-olah mereka adalah bangunan yang kokoh. (QS
Ash Shaff 61:4)
5.
Status kepemimpinan yang ada pada manusia hanya
sebagai amanat dari Allah SWT (HR. Muslim) yang sewaktu-waktu diberikan kepada
seseorang dan direnggut dari seseorang (Ali ‘Imran 26)
1.b. Wajib adanya pemimpin dalam beramal
Dalam segala aktivitasnya, muslim harus memiliki pemimpin.
Rasulullah saw. bersabda apabila tiga orang sedang
bepergian maka angkatlah salah satunya sebagai ketua.
1.c. Ruang lingkup kepemimpinan
a.
Manusia kepada manusia lain (QS. Al-An’am 6:165)
b.
Suami/Ayah kepada keluarga
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yang Diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahriim 66:6)
c.
Laki-laki terhadap perempuan
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita,
oleh karena Allah telah Melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian
yang lain (wanita)…” (QS. An-Nisaa 4:34)
d.
Setiap manusia kepada dirinya sendiri
“Tiap-tiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan
dimintai pertanggung jawaban tentang rakyatnya. Pemerintah adalah pemimpin dan
bertanggung jawab terhadap rakyatnya. Lelaki itu adalah pemimpin dan
bertanggung jawab terhadap keluarganya. Wanita itu adalah pemimpin dalam rumah
suaminya dan bertanggung jawab terhadap yang dimpimpinnnya (suami dan anak).
Pembantu itu adalah pemimpin dalam menjaga harta majikannya dan bertanggung
jawab terhadap yang dipimpinnya.” (Muttafaq’alaih)
“Dan
tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan
sendiri-sendiri.” (QS.Maryam 19:95)
e.
Manusia kepada makhluk Allah lainnya
“Ingatlah ketika Tuhan-mu Berfirman kepada para Malaikat,
“Sesungguhnya Aku hendak Menjadikan seorang Khalifah di muka bumi.” Mereka
berkata, “Mengapa Engkau hendak Menjadikan (Khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan menyuci-kan Engkau?” Tuhan Berfirman, “Sesungguhnya
Aku Menge-tahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al Baqarah 2:30)
Sebaik-baik pemimpin :
“Sebaik-baik pemimpinmu ialah yang kamu cintai dan cinta
pada kamu dan kamu do’akan dan mereka mendo’akan kamu. Dan sejahat-jahat
pemimpinmu ialah mereka yang kamu benci dan membenci kamu, dan kamu kutuk dan
mengutuk kamu. Sahabat bertanya: Bolehkan kami menen-tang (melawan) mereka?
Jawabnya: Tidak, selama mereka tetap menegakkan shalat.” (HR. Muslim)
1.d. Kewajiban pemimpin kepada pengikut
1.
Menyampaikan amanat dengan adil :
“Apabila seorang hamba (manusia) yang diberikan kekuasaan
memimpin rakyat mati, sedangkan di hari matinya dia telah mengkhianati
rakyatnya maka Allah mengharamkan surga kepadanya.” (Muttafaq’alaih)
Bersabda Nabi saw. : Tujuh macam orang yang bakal dinaungi
Allah di bawah naungan-Nya, pada hari tiada naungan kecuali naungan Allah; (1)
Pemimpin (raja) yang adil. (2) Pemuda yang rajin dalam ibadat kepada Allah. (3)
Seorang yang selalu gandrung hatinya pada masjid. (4) Dua orang yang kasih
sayang karena Allah, baik di waktu berkumpul atau berpisah. (5) Seorang lelaki
yang diajak berzina oleh wanita bangsawan cantik kemudian ia berkata: Saya
takut kepada Allah. (6) Seorang bersedekah dengan diam-diam sehingga tangan
yang sebelah kanan tidak tahu apa yang disedekahkan oleh tangan sebelah
kirinya. (7) Seorang yang ingat (berdzikir) pada Allah dengan sendirian, maka
mencucurkan air mata. (HR. Bukhari, Muslim)
“Sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil, kelak di
sisi Allah ditempatkan di atas mimbar dari cahaya, ialah mereka yang adil dalam
hukum terhadap keluarga dan apa saja yang diserahkan (dikuasakan) kepada
mereka.” (HR. Muslim)
2.
Menunjukkan ummatnya pada segala kebaikan yang
ia ketahui dan memperingatkan mereka dari bahaya yang ia ketahui.
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan
beriman kepada Allah. “ (Ali Imran 3:110)
“Tiada seorang Nabi sebelumku melainkan ia berkewajiban
menunjukkan ummatnya pada segala kebaikan yang ia ketahui dan memperingatkan
mereka dari bahaya yang ia ketahui.” (HR. Muslim)
3.
Tugas utama seorang pemimpin :
Ø Sebagai
penengah
Ø Sebagai
pengawas
Ø Sebagai
koordinator
Ø Sebagai
pengambil kebijakan
Ø Sebagai
penanggung jawab
Ø Sebagai
motivator
1.e. Kewajiban pengikut kepada pemimpin
1.
Setiap mu’min wajib patuh dan taat sebatas
kekuatannya kepada pemimpin yang dipilihnya, kecuali apabila perintahnya
bertentangan dengan perintah Allah
“Seorang muslim wajib mendengar, ta’at pada
pemerintah-nya, dalam apa yang disetujui atau tidak disetujui, kecuali jika
diperintah ma’siat. Maka apabila disuruh ma’siat, maka tidak wajib mendengar
dan tidak wajib ta’at. (HR. Bukhari, Muslim)
Ibnu Umar r.a. berkata: Kami jika berbai’at pada
Rasulullah saw. atas mendengar dan ta’at, maka Nabi saw. berkata: Dalam apa
yang kamu dapat mengerjakan (melaksanakan). Atau dalam batas kekuatanmu. (HR.
Bukhari, Muslim)
“Kamu harus patuh dan taat dalam keadaan sulit maupun
mudah, dalam keadaan semangat maupun tidak senang, dan jangan bersikap egois.”
(HR. Muslim)
2.
Amar Makruf Nahi Mungkar
Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam
kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
saling nasehat menasehati dalam mentaati kebenaran dan kesabaran” (Al Ashr
103:2-3)
1.f. Seluruh bentuk kepemimpinan akan dimintai pertanggung jawabannya
Abu
Dzarr r.a. berkata: Ya Rasulullah tidakkah kau memberi jabatan apa-apa
kepadaku? Maka Rasulullah memukul bahuku sambil berkata: Hai Abu Dzarr kau
seorang yang lemah dan jabatan itu sebagai amanat yang pada hari qiamat hanya
akan menjadi penyesalan dan kehinaan. Kecuali orang yang dapat menunaikan hak
kewajibannya dan memenuhi tanggung jawabnya. (HR. Muslim)
1.g. Hal-hal yang meringankan beban qiyadah
Hal-hal
yang membantu terlaksananya tugas pemimpin :
- Ikhlas karena Allah
Allah akan menolong orang ikhlas
dengan menghimpunkan orang-orang jujur dan ikhlas lainnya untuk berdiri
bersamanya dengan penuh kejujuran dan keikhlasan.
- Muroqobatullah
Kepekaan ini akan mendorongnya
untuk selalu cepat berbuat kebaikan dan memperbaiki amal usahanya serta
mendorong untuk selalu meningkatkan derajat ihsan.
- Optimis dan Do’a
Jika ia menghadapi kesulitan, ia hanya
mengadu kepada Allah swt. Dia senantiasa mengontrol perasaannya sehingga ia
selalu dalam keyakinan bahwa keberhasilan usahanya adalah semata-mata qudrat,
kekuasaan dan perencanaan Allah swt.
- Tanggung jawab
Memiliki rasa tanggung jawab besar
yang dapat mendorongnya untuk selalu menjaga diri dalam memegang amanah. Ia
harus menyadari, waspada dan sungguh-sungguh dalam berusaha dengan mengerahkan
seluruh kemampuan, serta mau berkorban dalam melaksanakan tugas dan amanah yang
dibebankan kepadanya. Jika seorang pemimpin kurang bertanggung jawab, dia akan
lemah cita-cita dan kemauan dalam melaksanakan tugasnya. Tidak ada kemauan
keras untuk menyempurnakan pelaksanaan tugas-tugasnya, sekalipun ia memiliki
berbagai peluang, fasilitas dan peralatan modern.
- Memprioritaskan tarbiyah
Pimpinan harus memberikan perhatian
yang cukup kepada masalah pendidikan (tarbiyah), menyiapkan kader dan
calon pengganti. Sistem tarbiyah akan melahirkan individu-individu yang
baik dan mampu memikul tanggung jawab yang dapat meringankan beban pimpinan
- Ukhuwwah
Sebab rasa kasih sayang dan ukhuwwah
dapat melahirkan suasana saling pengertian, syura, kerja sama dan
tolong menolong dalam mengatasi berbagai rintangan. Sebaliknya, jika tidak
terwujud maka akan timbul perselisihan yang merusak suasana saling pengertian
dan akan menambah beban pemimpin
- Perencanaan kerja
Pimpinan harus benar-benar merencanakan program
yang tepat, menentukan tujuan, tahapan, cara, sarana, persiapan-persiapan
sesuai dengan kemampuan.
- Membakar semangat pengikut
Pimpinan harus selalu
bersungguh-sungguh menyalakan cita-cita, mengukuhkan tekad dan membangkitkan
harapan di kalangan anggota jamaah. Pimpinan harus melindungi mereka dari terjangkitnya rasa pesimisme
dalam menghadapi mihnah, cobaan dan rintangan.
1.h. Sifat-sifat Qiyadah
Karena kepentingan amal jama’i dalam dakwah serta
besarnya hasil yang akan dicapai, maka setiap pemimpin perlu memiliki akhlak
dan sifat-sifat dasar seorang pemimpin jamaah.
- Cerdas, berilmu dan bijaksana
Mampu menganalisis berbagai persoalan dari
segala segi dengan tepat dan cepat menerapkan hasil analisanya dengan baik.
Tidak banyak lupa dan tidak lalai dan tidak mudah menyerah serta tidak gelap
mata ketika menghadapi luapan perasaan dan kemarahan. Seorang pemimpin mau
tidak mau pasti akan menghadapi berbagai situasi dan suasana dan menemui
pelbagai persoalan yang mengganggu perasaan. Karena itu ia harus berusaha menyelesaikannya
dengan menggunakan akal sehat dan dengan cara bijak.
- Kasih sayang dan lemah lembut
Berperangai penyantun, kasih
sayang, lemah lembut dan ramah. Karena seorang pemimpin akan berhadapan dengan
berbagai tipe manusia. Di
antara mereka ada yang jahil dan tolol. Karena itu seorang pimpinan, dengan
sifat santunnya, berkewajiban melayani mereka dan menarik hatinya.
Setidak-tidaknya mereka tidak dijadikan sebagai musuhnya.
‘Maka
disebabkan Rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkan-lah ampun bagi
mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (QS. Ali Imran 3:159)
- Berani
Keberanian, pada dasarnya, adalah
ketetapan dan ketahanan hati, kepercayaan penuh kepada Allah dan tidak takut mati
yang disebabkan oleh sifat gila dunia dan benci mati. Karena anggota jamaah
akan mengikuti pemimpinnya, maka sifat keberanian termaksud menjadi sangat
penting bagi seorang pemimpin jamaah.
- Jujur
Sifat ini akan menebalkan
kepercayaan orang banyak kepadanya.
- Tawadhu’
Dengan adanya sifat ini, seluruh hati manusia
terhimpun dan terikat kepada pimpinan. Sebaliknya,
keangkuhan akan menjauh-kan hati manusia darinya.
- Pemaaf
Memaafkan, menahan amarah dan berlaku ihsan.
Sifat-sifat ini perlu dimiliki pemimpin karena ia selalu berhadapan dengan
berbagai sikap, persoalan dan tipe manusia. Kadang-kadang ia berhadapan dengan
gangguan, perbuatan tak senonoh atau persoalan-persoalan yang membangkitkan
kemarahannya yang datang dari anggota atau orang-orang tertentu. Setiap
gangguan terhadap jamaah selalu melalui pimpinan. Karena itu setiap pimpinan
harus menghiasi dirinya dengan sifat pemaaf, menahan amarah dan berbuat ihsan.
Perbuatan tersebut dapat menarik hati manusia untuk bergabung dan
mendukung jamaah yang dipimpinnya.
- Sabar dan tawakal
Jalan dakwah adalah jalan yang amat
panjang, sulit dan penuh berbagai persoalan yang berlawanan dengan kehendak
hawa nafsu, penuh onak dan duri. Jadi kesabaran, ketahanan dan ketabahan sangat
diperlukan bagi orang-orang yang berjalan di jalan dakwah.
- ‘Iffah dan kiram
Sifat ini melambangkan kesucian
jiwa dan tidak mudah tunduk kepada hawa nafsu dan kecenderungan yang mengotori
jiwa. Dengan sifat ini seorang pemimpin tidak menjadi gila harta.
- Wara’ dan zuhud
Dengan kedua sifat ini ia selalu
dapat mengontrol dirinya dalam berbagai hal, dapat memastikan dirinya sebagai
teladan baik bagi orang lain, meninggikan martabat kepemimpinannya. Kedua sifat
tersebut jelas akan menjadikan seorang pemimpin berwibawa dan dihormati jamaah.
- Adil
Sebaliknya, jika pimpinan bertindak
zalim, curang dan tidak adil, maka kemantapan dan kemajuan gerakan tidak akan
terwujud dalam suasana penuh kepercayaan dan ketenangan. Suasana demikian akan melahirkan sikap
pura-pura dan munafik dikalangan anggota, sebagai ganti kejujuran dan
keikhlasan. Ini jelas akan merusak gerakan jamaah.
- Tenang dan percaya diri
Betapa tenang, tegas, tangkas,
tabah dan tahan serta beraninya Rasulullah saw. dalam perang Uhud dan Hunain.
Kita tahu betapa besarnya pengaruh sikap demikian terhadap suasana peperangan
tersebut
1.i. Larangan meminta jabatan
“Jangan menuntut kedudukan dalam pemerintahan karena jika
kau diserahi jabatan tanpa minta, kau akan dibantu oleh Allah untuk
melaksanakannya, tetapi jika dapat jabatan itu karena permintaanmu, maka akan
diserahkan ke atas bahumu atau kebijaksanaanmu sendiri.” (HR. Bukhari, Muslim)
Abu Musa Al-Asy’ary r.a. berkata: Saya dengan dua orang
sepupuku masuk kepada Rasulullah saw. maka salah seorang dari sepupuku itu
berkata: Ya Rasulullah berilah pada kami jabatan di salah satu bagian yang
diberikan Allah kepadamu. Yang kedua juga berkata demikian. Maka jawab Nabi
saw.: Demi Allah kami tidak mengangkat seorang dalam suatu jabatan, pada orang
yang menginginkan atau orang yang berambisi pada jabatan itu. (HR. Bukhari,
Muslim)
1.j. Kelompok manusia yang tidak boleh dijadikan pemimpin ummat Islam
a.
Kafirin
‘Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengam-bil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang
Mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk
Menyiksamu) ?” (QS. An-Nisa’ 4:144)
“Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan
mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang
kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang Mukmin.
Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua
Kekuatan Kepunyaan Allah.” (QS. An Nisa’ 4:138-139)
b.
Yahudi dan Nasrani
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil
orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemim-pin(mu); sebagian mereka
adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil
mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak Memberi Petunjuk kepada orang-orang yang zalim” (QS.
Al-Ma’idah 5:51)
c.
Yang mempermainkan agama atau mempermainkan
shalat
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil
jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan
permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan
orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika
kamu betul-betul orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Ma’idah 5:57)
d.
Musuh Allah dan musuh orang mu’min
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil
Musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia…” (QS. Al-Mumtahanah 60:1)
e.
Yang lebih mencintai kekufuran daripada iman
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan
saudara-saudaramu pemimpin-pemimpin-mu, jika mereka lebih mengutamakan
kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka
pemimpin-pemimpinmu, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS.
At-Taubah 9:23)
f.
Yang di luar golongan orang mu’min
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil
menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka
tidak henti-hentinya (menimbul-kan) kemudaratan bagimu. Mereka menyukai apa
yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa yang
disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami Terangkan
kepadamu Ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (QS. Ali ‘Imran 3:118)
Maraji’
Al-Qur’an Al-Karim
Musthafa Masyhur : Al-Qiyadah wal Jundiyah
Imam Nawawy : Riadhus Shalihin
Drs. Miftah Faridl : Pokok-pokok Ajaran
Islam