Teruntuk
Akitivis Dakwah yang diam ketika melihat kemungkaran dimana-mana karena sibuk
dengan urusan amal Ibadahnya, sibuk akan kegiatan-kegiatan yang tidak
bermanfaat untuk diri, atau ha-hal yang lain yang tidak menguntungkan padahal
ketika mereka mendapatkan Hidayah menjadi Penerus Risalah yang mulia ini yaitu
melakukan Pekerjaan Nabi-Nabi Alloh yang mana Menyebarkan atau Berdakwah
mengajak orang kembali kejalan yang benar dengan melakukan amalan-amalan Ibadah
maka menyeru kebaikan kepada semua orang adalah suatu kewajiban bagi mereka
yang menyematkan diri sebagai aktivis dakwah sebagaiman yang telah dianjurkan
karena Rosul pun telah mengatakan pada Hadist Riwayat Muslim :
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ
فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ
أَضْعَفُ الْإِيمَانِ.( وراه صحيح مسلم)
Rasulullah pernah bersabda: “Barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan tanganmu, apabila belum bisa, maka cegahlah dengan mulutmu, apabila belum bisa, cegahlah dengan hatimu, dan mencegah kemungkaran dengan hati adalah pertanda selemah-lemah iman”
Rasulullah pernah bersabda: “Barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan tanganmu, apabila belum bisa, maka cegahlah dengan mulutmu, apabila belum bisa, cegahlah dengan hatimu, dan mencegah kemungkaran dengan hati adalah pertanda selemah-lemah iman”
Apakah
seorang aktivis dakwah yang sudah mengetahui apa-apa yag memang dilarang oleh
Agama dan yang dianjurkan oleh Syariat hanya melakukan untuk diri Pribadi saja
tanpa menyebarkannya kepada Orag lain, padahal Alloh dengan Jelas Mengatakan
bahwasanya kita harus mendakwahi semua orang, yang dikatakan dalam surat (Q.S.
Ali Imran [3]: 104) :
وَلْتَكُن
مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ
عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali Imran [3]: 104).
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali Imran [3]: 104).
Jelaslah
bahwa Alloh mengatakan Pasti ada segolongan Umat yang menyeru kepada Kebajikan
untuk kepada mereka-mereka yang melakukan Munkar, dan dalam hal ini tak lepas
dari Hidayah Alloh yang diberikan kepada orang-orang Pilihan yang sering
disebut sebagai Aktivis dakwah yang akan melakukan tugas mulia ini dan menjadi
Segolongan Umat yang dikatakan oleh Alloh dalam surat Ali Imran Ayat 104
tersebut, maka seharusnya kita sebagai Aktivis dakwah benar-benar mengahyati
dari sepenggal ayat tersebut apakah memang kita yang disebut oleh Alloh Swt
sebagai segologan Umat yang menyeru kepada Kebajikan.
Mungkin
dalam benak hati kita merasa beruntung karena mendapatkan nikmat yang kita
didapati dari Alloh ketika Hidup didunia dan menjadi seorang Muslim, akan
tetapi title seorang muslim yang hanya menjadi identitas administrasi saja, itu
tidak akan cukup untuk mengantarkan diri ketempat yang Abadi yaitu SyurgaNya
yang Mana mengalir Sungai dan terdapat susu disana, karena yang akan
mendapatkan dengan mudah tempat kehidupan abadi itu adalah orang-orang yang
melanjutkan Risalah dakwah Nabi dan Rosul sebagai Pengemban Amanah menjadi
Aktivis Dakwah.
Beruntung
hanya terlahir sebagai Muslim didunia itu tidak cukup dan hanya hidup seperti
itu saja, maka saya mengatakan yang paling beruntung adalah mereka-mereka yang
mendapatkan Hidayah menjadi Aktivis dakwah karena memang benar hidayah ini
hanya Alloh yang memberikan Selaku Dzat yang menciptakan manusia, hanya Alloh
yang memegang jiwa-jiwa manusia dan yang memutar balikan hati-hati manusia, dan
sekali lagi beruntunglah bagi mereka-mereka yang meneruskan risalh ini yang
merupakan Kerja Dunia Orientasi Akhirat.
Ketika
seorang telah mendapatkan hidayah menjadi pengemban dakwah maka wajib untuk
diri memelihara hidayah yang telah ada karena kita tidak tahu selama
diperjalanan kita akan merasa lemah tak berdaya yang tak berkontribsi terhadap
dakwah yaitu mengajak orang berbuat kebajikan yang menyeru kepada yang ma’ruf
dan mencegah nahi mungkar, yang mungkin hanya menumpang nama dalam struktur
organisasi dakwah tetapi Demi Alloh itu tidaklah cukup untuk mengantarkan diri
kepada tujuan dakwah yang Mulia karena hal seperti inilah ulama Mesir
mengatakan “Begitu banyak orang yang
tidak bersam kita , tetapi pada hakikatnya mereka bersam kita. Begitu banyak
pula orang yang bersama kita, tetapi pada hakikatnya tidaklah bersama kita”.dan
ini yang seharusnya kita renungi akan hal yang membuat kita tetap bersama
dakwah.
Hal
yang memang harus kita lakukan adalah untuk memantapkan diri bahwsanya kita
adalah Aktivitis dakwah yang mengajak orang berbuat kebaikan, ketika kita
berbicara memantapkan jati diri maka kita harus memberikan Nilai-nilai yang
baik atau paling tidak menjadi Uswatun hasanan diantar teman-teman yang berada
dilingkungan kita, karena ingatlah bahwasanya kita adalah Generasi Ghuraba yang
berarti generasi yang lain atau aneh dari keadaan aktivitas manusia biasanya,
tetapi dari hal keanehan itulah kita yang menyeru kepada yang Ma’ruf akan
dinaikkan derajatnya dan Insya Alloh akan mendapatkan tempat yang layak sesuai
dengan apa yang telah kita lakukan.
Krisis
jati diri memang sering melanda seorang aktivis dakwah, berbagai hal menjadi
penyebab masalah ini terjadi yang bisa saja karena kita hanya menjadi aktivis
dakwah hanya dirumah saja, hanya dimasjid saja, hanya di kampus kita saja, atau
hanya diruang lingkup organisasi kita saja, akan tetapi ruang lingkup dakwah
itu sangat luas sekali, sehingga mewajibkan diri yang telah berazzam untuk
menjadi aktivis dakwah harus benar-benar menjadikan diri menjadi sosok aktivis
dakwah yang membawa risalah perubahan kearah kebaikan dengan misi keumatan
untuk jalan kebenaran.
Dengan
adanya kepercayaan diri kita bahwa kita adalah memang seorang aktivis dakwah
maka itu akan mempermudah diri untuk melakukan apa yang menjadi kerja-kerja
seorang aktivis dakwah denga rasa yang tak canggung dan yakin bahwasanya itu
tugas mulian dan berat yang harus dituntaskan, karena banyak yang terjadi pada
saat ini adalah aktivis dakwah kurang agresif terhadap isu-isu keumatan yang
terjadi secara kekinian, padahal itu merupakan suatu urgensi yang menjadi
sebuah Pr besar bagi seorang aktivis dakwah.
Tetapi
terkadang dengan hal-hal yang seperti itu aktivis dakwah merasa pesimis bahwa mereka
tidak bisa mengajak seorang untuk kembali jalan kebenaran, padahal bahwasanya
seorang aktivis dakwah hanya berkewajiban
untuk melakukan/mengajak seseorang untuk kembali pada apa yang seharusnya
dilakukan oleh seorang muslim sejati karena harus kita ingat bahwasanya kita
hanya mengajak/menyeru saja. Terkait nanti orang yang kita ajak itu mengikuti
atau tidak maka itu adalah Hak Prerogatif Alloh yang akan memberikan pintu
hidayah kepada orang-orang yang telah diberikan petunjuk oleh Alloh, sehingga
kita hanya berbuat sebatas mengajak dan menyerukan orang-orang agar kembali
kepada jalan yang benar.
إِنَّكَ لَا تَهْدِي
مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن
يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Sesungguhnya
kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi
Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih
mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (Q.S. Al-Qashash [28]: 56)
Jelas
sudah pekerjaan seorang aktivis dakwah yaitu menyeru orang-orang kepada jalan
yang benar dan ketika kita berbicara mengajak pasti kita memiliki cara, yang cara
itu bisa saya buatkan beberapa macam, seperti halnya :
1. Dakwah
fardiyah
-
Mendatangi orang ketika ia sakit dengan
Memberikan perhatian.
-
Memberikan Senyum kepada setiap Orang
yang ditemui
-
Mengucapkan Salam kepada setiap orang
yang dijumpai
-
Berjabat tangan kepada yang muhrim,
apabila perlu Salam semut dilakukan
-
Menanyakan kabar serta berbicara seputar
kondisi atau menanyakan apakah ada masalah
-
Tidur bersama dengan yang mukhrim
-
Makan bersama-sama
-
Dan hal-hal yang membuat diri kita
dengan objek kita menjadi dekat
2. Tastqif
-
Melakukan kajian-kajian keislaman
-
Mengangkat materi isu-isu kekinian
-
Dan hal-hal yang lain yang sifatnya
meningkatkan Tsaqofah diri pribadi.
3. Rihlah
-
Mengajak jalan-jalan ketempat-tempat
refrhesing
-
Melakukan kegiatan Outbound bersama
dipantai atau tempat-tempat yang lainnya.
Atau busa jadi kita
melakukannya dengan cara sebagai berikut :
1. BI THARIQIL
HIKMAH
Artinya
dengan kebijaksanaan. Dijelaskan dalam tafsir Al-Muyassar dan tafsir Qur’nul
Adim bahwa bi thariqil hikmah adalah jalan lurus yang telah di berikan Allah
kepada semua manusia yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah, kemudia dijelaskan juga
al-hikmah adalah hendalah bercakap-cakap dan berbicara dengan bahasa yang
dimengerti oleh orang diajak bicara. Oleh karena itu bagi para penyeru
atau dai, setiap ucapan dan perkataan yang dilontarkan haruslah berlandaskan
al-qur’an dan sunnah, terlebih pada sikap dan tingkah lakunnya haruslah sesuai
dan cocok dengan ajaran-ajaran al-quran dan sunnah, Karena setiap ucapan,
perkataan, sikap, dan tingkah laku seorang dai itu akan selalu di lihat dan di
pantau oleh orang lain untuk kemudian di jadikan teladan bagi mereka.
begitu pula bagi seorang dai hendaklah memehami keadaan yang diajak bicara
termasuk menggunakan bahasa yang dipahami oleh yang di ajak bicara, agar apa
yang disampaikan dapat dimengerti dan dipahami. Dengan pemahaman yang demikian,
maka dakwah yang di sampaikan akan lebih berkesan dan berhasil dengan baik.
2. WAL
MAUIDHATIL KHASANAH
Artinya nasehat yang baik. Dijelaskan dalam tafsir al-muyassar bahwa
“al-mauidah khasanah” adalah memberi nasehat yang baik sehingga orang akan suka
kepada kebaikan dan menjahui kejelekan. Sedangkan tafsir qur’anul adhim
menjelaskan bahwa “al-mauidah khasanah adalah memberi nasehat menggunakan
perasaan hati dan memahami konteks keadaan, agar mereka menjadi takut dengan
siksaan Allah SWT. Keterangan ini memberikan pelajaran bagi setiap penyeru
(dai) bahwa dalam menyampaikan dan memberi nasehat hendaklah dengan cara yang
baik dan yang sesuai dengan keadaan mereka, tidak semata-mata hanya keinginan
sendiri dan disukai, tapi hendaklah melihat siapa yang di ajak berbincang,
termasuk menggunakan perasaan bila perlu. Artinya seorang dai hendaknya juga
memahami psikologi yang di ajak bicara atau mad’u. sehingga dengan memahami
keadaan dan psikologi mereka seorang dai akan mempertimbangkan terlebih dahulu
perkataan yang akan di sampaikan, mana yang harus disampaikan dan mana yang
tidak hearus disampaikan. Karena keadaan orang maupun masyarakat itu
berbeda-beda maka berbeda pula pola berfikir dan pemahamannya, dan ini tidak bisa
di samakan.
3.
WAJADILHUM BIL LATI HIYA AHSAN
Artinya berdebat dengan cara yang baik. Dijelaskan dalam
tafsir al-muyassar “wajadilhum bil lati hiya ahsan” adalah berdebat dengan cara
lemah lembut dan rasa kasih sayang. Sedangkan makna “ wajadilhum bil lati hiya
ahsan” dalam tafsir qur’anul adhim adalah jika ada orang yang berhujjah atau
mengajak berdebat hendaklah melawan dengan raut muka yang manis, sikap yang
lembut, dan ucapan yang baik. Keterangan ini memberikan satu suntikan pelajaran
bagi para dai, jika di tengah-tengah berdakwah ada seseorang yang membantah dan
mengajak berdebat maka hendakalah berdebat dengan cara yang baik, ucapan yang
baik, bersikap lemah lembut, dan menampakkan raut muka yang manis bila perlu.
Karena tidak semua orang yang di dakwahi begitu saja ikut dengan perkataan dai,
terkadang terjadi perbedaan dan perselisihan.
Selain metode dakwah yang
diajarkan oleh Al-Quran, beliau baginda Muhammad pun telah mengajarkan hal itu.
Sebagaimana sabda beliau yang artinya “Barang siapa di antara kalian melihat
kemungkaran hendaklah merubahnya dengan lisan, jika hal itu tidak bisa maka
gunakan tangan, jika hal itu masih tidak bisa maka gunakan hati, tapi hal ini
adalah selemah-lemahnya iman”.
Dari sabda beliau diatas kita
dapat mengambil suatu ibrah yang amat besar terkait dengan metode dakwah,
diantara metode tersebut adalah :
1)
DAKWAH BIL LISAN
Sabda rasul di atas secara dhahir memang dalam konteks
kemungkaran, akan tetapi tidak menafikan juga bagi seorang dai. Bahwa tugas
pokok seorang dai adalah menyampaikan ajaran-ajaran islam, ini tentunya sangat
dibantu dengan vocal lisan, karena seorang dai identik dengan ceramah,
maka seorang dai harus bisa mengolah kata-kata sehingga menarik dan dapat di
pahami, apalagi seorang dai melihat kemungkaran haruslah segera bertindak, akan
tetapi jangan gegabah dalam mengambil tindakan, hendaklah mengingatkan dengan
ucapan yang lembut dan halus terlebih dahulu.
2)
DAKWAH BIL YADD
Maksud yadd disini adalah kekuasaan atau jabatan. Artinya
seorang dai yang mempunyai kedudukan di masyarakat bahkan berpendidikan tinggi
itu lebih di segani dan di hormati oleh masyarakat, sehingga nantinya dakwah
akan lebih mudah dan gampang.
3)
DAKWAH BIL QOLBI
Hal ketiga yang tidak kalah pentingnya bagi seorang dai
adalah senantiasa berdoa untuk diri sendiri maupun untuk orang lain agar di
berikan kemudahan dalam berdakwa dan bagi orang lain semoga senantiasa di
berikan keteguhan dan petunjuk ke jalan yang lurus, dan untuk selanjutnya meninggalkan
kemaksiatan dan bertaubat.
Kesimpulan : sudah menjadi keharusan bagi setiap umat islam
untuk mempelajari ajaran-ajaran islam yakni Al-Quran dan As-Sunnah untuk
kemudian diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, begitu pula bagi para DAI
hendaknya menggunakan metode dakwah sebagaimana yang telah di ajarkan oleh
Al-Quran dan As-Sunnah sebperti yang telah di jelaskan di atas.
Setidaknya ada tiga metode dalam Al-Quran :
Ø
BIL HIKMAH
Ø
MAUIDHATIL KHASANAH
Ø
WAJADILHUM BILLATI HIYA AHSAN
Dan dalam As-Sunnah juga ada tiga metode :
Ø
DAKWAH BIL LISAN
Ø
DAKWAH BIL YADD
Ø
DAKWAH BIL QOLBI
Semoga dengan
adanya Artikel ini bisa memotivasi kawan sesama aktivis dakwah menjadi semangat
untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari yang jelas sesuai dengan Syariat dan
sunnah dan bisa menjadi uswatun hasanah bagi sesame dan bisa menjadi aktivis
dakwah yang tetap istiqomah dijalanNya hingga akhir, Sehingga kita bisa
berjumpa dengan Nabi Muhammad Saw, para Sahabat, para Mujahid yang Syahid, dan
para Ulama, di Surga Firdaus, Aminn
Akhir kata
saya Ucapkan Afwan jiddan jika ada kata-kata yang salah, selaku manusia yang
tak lepas dari kesalahan, dan mari kita saling terikat dalam dakwah, dan kita
ucapkan Alhamdulillah dan disertai doa Kafaratul Majlis :
Wallohualam
bissowab…Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh
Biografi
singkat Penulis :
Nama : Juanda
Aktif di Lembaga Dakwah kampus
Universitas Bengkulu dan sekarang diamanahkan menjadi menejer di Kesatuan Aksi
Mahasiswa Muslim Indonesia.