I. MEMAHAMI  PEKERJAAN (fahmul ‘amal)

Manusia sebagai individu maupun hidu secara kelompok  akan selalu aktif melakukan kegiatan. Sebelum melakukan kegiatan, maka kita akan membuat rencanaan. Apabila kegiatan yang akan dikerjakan dalam skala besar, yaitu melibatkan banyak orang, sumber daya, cakupan yang luas  apalagi memerlukan dukungan dari stocholder, pimpinan, lembaga pemberi izi dan dukungan dari lembaga lain maka perencanaan tertulis sangat diperlukan. Rancangan atau persiapan tertulis untuk sebuah proyek atau kegiatan umumnya disebut dengan proposal proyek.
Apakah itu proposal, proyek dan proposal  proyek? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia proposal diartikan sebagai rencana yang dituangkan dalam bentuk rancangan kerja. Sedangkan istilah proyek proposal adalah  rencana kerja yang belum disetujui oleh pimpinan proyek. Dalam kamus istilah manajemen (LPPM,1994) proyek diistilah sebagai rencana pekerjaan  dengan sasaran khusus  dan saat penyalesaiannya yang tegas.
Berangkat dari makna  terminologi  ruang lingkup proposal tersebut di atas, maka kita dapat mengambil pokok-pokok pikiran yang umum terdapat dalam proyek proposal. Prpyek proposal hendaknya  mencakup adanya:  aspek perencanaan, rencana yang terlulis, adanya rancangan kerja sebagai pemandu proses pekerjaan, digunakan untuk mendapatkan persetujuan dari pihak lain.
Dakwah adalah sebuah proyek dunia akherat, sehingga setiap kegiatannya harus diklola secara  pofesional. Masalahnya:  Apakah  kita telah memenej dakwah  dengan sempurna dan profesional?


II. AMAL  PROFESIONAL ( ‘amal mihanii)
Kenapa harus  bekerja dengan profesinal? Dengan munculnya komitmen untuk memasyarakatkan da’wah, sesuai dengan keaslian sifat da’wah itu sendiri  maka seluruh pekerjaan harus dikerjakan dengan baik.  Sesuai dengan kemurnian karakteristik Islam  yang bersifat rahmata lil ‘ alamin,  maka bahwa kerja-kerja da’wah masa kini sudah harus dikemas  secara profesional, ditata dengan kaidah-kaidah manajemen yang diterima umum, tanpa meninggalkan kemuliaan nilai-nilai Islam.
Dalam konsep manajemen yang manapun, perencanaan dan pengawasan merupakan dua aspek yang tidak bisa dikesampingkan. Manajemen dakwah  sangat menentukan kualitas kerja dan produktifitas suatu organisasi. Tanpa perencanaan organisasi akan bergerak ibarat bahtera tanpa kompas. Tanpa pengawasan  bisa jadi organisasi justru berjalan semakin menjauhi tujuan semula yang diidam-idamkan.
Perlu difahami, melihat sejauh mana tingkat profesionalnya kita mengelola dakwah secara formal   sangat tergantung kemampuan kita dalam membuat strategi perencanaan dakwah ( at-takhthiith al istaraatiijiyah ad dakwah).
Salah satu bentuk perangkat pengelolaan dakwah  dengan unsur perencanaan diperlukan PROPOSAL. Mungkin kita pernah melihat Panitia menyusun proposal sebelum melaksanakan kegiatan, kemudian proposal itu dilampirkan dalam undangan kepada pembicara dan surat permohonan dana kepada donatur atau sponsor. Apakah fungsi proposal hanya sebatas itu?  Bagaimanakah sebuah proposal harus disusun sehingga memenuhi tujuan dasarnya sebagai salah satu perangkat perencanaan ?
Proposal disisi lain juga berfungsi sebagai pengawas  terhadap langkah kerja agar selalu terarah pada tujuan yang ingin dicapai. Pengawasan bertujuan menjamin sejauh mungkin bahwa seluruh sumber daya yang ada dimanfaatkan untuk mendukung tercapainya tujuan suatu kegiatan. Untuk itu pengawasan perlu dilakuan sepanjang berlangsungnya
kegiatan tersebut, sehingga setiap penyimpangan dapat segera diluruskan, dan setiap kesalahan dpat segera diperbaiki. Namun setelah suatu kegiatan berakhir tetap perlu dilakukan evaluasi secara lengkap dan menyeluruh.

III. TEKNIK MENYUSUN PROPOSAL


A.     LETAK SEBUAH PROPOSAL DALAM PROYEK

Dimanakah posisi proposal dalam aktifitas keseharian suatu organisasi. Secara teoritis keberadaan sebuah organisasi dimulai dengan mendifinisikan misi dan tujuan. Perumusan kedua hal tersebut didasarkan kepada hasil analisa lingkungan (environmental analysis) yang bertujuan memposisikan organisasi tersebut secara tepat ditengah-tengah lingkungan dimana dia berada. Langkah selanjutnya adalah merumuskan strategi yang dipandang cocok untuk mengemban misi dan mencapai tujuan  yang sudah dirumuskan sebelumnya. Lalu kita akan memasuki tahap implementasi dari strategi tersebut. Di tahap inilah kita berfikir tentang struktur organisasi, program kerja, anggaran, dan sejumlah perangkat lainnya. Dan  akhirnya implementasi strategi perlu dievaluasi, apakah mendekatkan organisasi kepada tercapainya tujuan, atau justru sebaliknya.

      Secara sederhana posisi sebuah proposal dapat digambarkan sebagai berikut :

Misi dan tujuan
|
Strategi
|
Rencana jangka panjang
Rencana jangka menengah
Rencana jangka pendek
|
Rencana kegiatan
|

Proposal
|
Pelaksanaan

Gambar: Letak Proposal dalam kerangka kerja organisasi

Dalam istilah perencanaan sering  kita mendengar beberapa hal, yaitu: kerangka acuan (term of refference-TOR), Proposal dan rencana kerja (plan of action-POA), pra studi kelayakan (pre feasibility  study), studi kelayakan (feasibility  study)   dan Proposal Awal  (pre proposal).

B.     FUNGSI SEBUAH PROPOSAL


Seringkali proposal dibuat hanya sekedar  pelengkap sebuah kegiatan. Proposal dibuat tidak akurat dan sesuai dengan apa yang akan dikerjakan. Fungsi proposal adalah sebagai berikut:

  1. Alat untuk memvisualkan ide (vision)  kita secara tertulis, sehingga orang lain dapat memahami.
  2. Sebagai alat perencanaan, sehingga seluruh kegiatan mengacu terhadap proposal.
  3. Sebagai rancangan kerja  untuk  pemandu proses pekerjaan
  4. Digunakan untuk mendapatkan persetujuan dan gambaran pada pihak:
y Sdm yang terlibat
y stocholder,
y pimpinan,
y lembaga pemberi izi dan
y dukungan dari lembaga atau pihak lain.
  1. Alat untuk mengalokasikan sumber daya: bahan yang digunakan, jumlah sdm yang terlibat, alokasi waktu  mulai dan akhir kegiatan dan besarnya anggaran.
  2. Sebagai prakiraan (asumsi-asumsi) proyek, sehingga proposal harus proyek harus mampu menggambarkan tingkat
y Feasible atau  reasonable (masuk akal),
y aplicable (dapat dilaksanakan) dan
y achievable (dapat dicapai)

C.     ANATOMI PROPOSAL


Adakah format atau bentuk standar dari sebuah proposal ? rasanya jawabannya “tidak”. Masing-masing dari kita bisa membuat format atau bentuk sendiri yang kita rasa paling relevan dengan kebutuhan. Ada  beberapa patokan dasar dari anatomi sebuah proposal yang bisa dijadikan rujukan diamana pada dasarnya sebuah proposal memiliki empat bagian utama, yaitu :

Satu: BAGIAN PENDAHULUAN

Pendahuluan dari sebuah proposal biasanya memuat latar belakang atau dasar pemikian, dasar penyelenggaraan, dan tujuan kegiatan. Latar belakang memuat pertimbangan-pertimbangan nalar dan rasional yang memperlihatkan urgensi dilaksanakannya sebuah kegiatan. Biasanya yang diangkat didalam bagian ini adalah kenyataan atau fakta-fakta yang dipandang relevan. Dasar penyelenggaraan mencantumkan faktor-faktor yuridis yang menjadi landasan formal pelaksanaan kegiatan tersebut, bisa berupa ayat suci Al Qur’an dan hadist, undang-undang atau peraturan lainnya, AD/ART organisasi, dll. Perlu diperhatikan, hendaknya hal-hal yang dicantumkan pada latar belakang/dasar pemikiran diformulasikan secara ringkas, padat, logis dan jauh dari kesan mengada-ada atau sekedar ‘parade’ kata-kata. Ketentuan-ketentuan formal yang dicantumkan sebagai bagian dari dasar penyelenggaraaan hendaknya yang betul-betul relevan dengan ‘ruh’ kegiatan yang akan dilaksanakan, sehingga tidak timbul kesan sekedar sebuah ‘tempelan’.

           

Dua: RENCANA KEGIATAN

Pada bagian ini  biasanya memuat nama kegiatan, tema (jika ada), waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan, penyelenggara, peserta, dan anggaran biaya. Di sini kita melihat bahwa pada bagian rencana kegiatan ini seluruh unsur perencanaan yang biasa dirumuskan menjadi 5W + 1H tercakup didalamnya. Sebagaimana kita ketahui formula 5W + 1H merupakan singkatan dari : What (apa yang akan dilaksanakan), When (kapan waktu pelaksanaan), Where (dimana kegiatan dilaksanakan), Who (siapa yang melaksanakan kegiatan itu), to Whom (untuk siapa kegiatan tersebut ditujukan), dan How (bagaimana kegiatan tersebut dikelola, didanai dan dilaksanakan).
Di dalam isi proposal, dibawah judul “penyelenggara” dan “anggaran biaya”  biasanya hanya dicantumkan deskripsi singkat menyangkut instansi penyelenggara dan sumber-sumber pembiayaan kegiatan serta pos-pos pengeluaran. Rincinya – berupa daftar panitia dan rincian anggaran biaya – dimasukkan sebagai bagian dari lampiran.

            Tiga: PENUTUP
Bagian penutup lazimnya berisi tentang permohonan dukungan dan bantuan semua pihak demi keberhasilan kegiatan tersebut, disamping do’a dan harapan agar segala sesuatu berjalan dibawah nangan ridha dan lindungan Allah SWT.

Empat: LAMPIRAN-LAMPIRAN

Bagian lampiran memuat sejumlah rincian yang dianggap relevan dan penting, seperti : daftar panitia, rincian anggaran biaya, jadwal acara. Khusus proposal yang disusun untuk tujuan sponsorship atau partnership, biasanya dilampirkan pula ketentuan yang menyangkut bentuk-bentuk kerjasama yang ditawarkan.

D.     MENYUSUN ANGGARAN BIAYA


Sering kita temukan anggaran biaya yang tercantum didalam sebuah proposal terkesan hanya sebagai suatu formalitas atau basa-basi. Mengapa demikian ? karena didalamnya cuma dicantumkan sejumlah pos penerimaan dan pos pengeluaran. Tidak begitu jelas relevansi logis dari masing-masing komponen biaya dengan kegiatan yang dilaksanakan. Tidak jelas pula dimensi waktu dari anggaran biaya tersebut. Artinya, tidak jelas kapan suatu pos penerimaan diperkirakan akan diterima dan kapan pula suatu pos biaya harus dikeluarkan.

Untuk itu, seyogyanya anggaran kegiatan disajikan dalam bentuk  anggaran kas (budgeted cash flow) yang selain memiliki dimensi jumlah, juga mempunyai dimensi waktu. Dengan kata lain, hendaknya suatu anggaran biaya benar-benar merupakan penerjemahan keseluruhan rencana kegiatan dalam bahasa rupiah. Misalkan sebuah kegiatan memiliki durasi 5 pekan, maka format anggarannya dapat disajikan sbb :


No
URAIAN
Pekan 1
Pekan 2
Pekan 3
Pekan 4
Pekan 5
Jumlah
1.
PENERIMAAN






a.
Subsidi
Rp……
Rp……



Rp……
b.
Donatur

Rp……
Rp……


Rp……
c.
Sponsor

Rp……
Rp……
Rp……

Rp……
d.
Pendaftaran


Rp……
Rp……
Rp……
Rp……
e.
Lain-lain

Rp……
Rp……
Rp……
Rp……
Rp……

Jumlah
Rp……
Rp……
Rp……
Rp……
Rp……

Rp……









2.
PENGELUARAN






a.
Administrasi
Rp……
Rp……
Rp……
Rp……
Rp……
Rp……
b.
Publikasi

Rp……
Rp……

Rp……
Rp……
c.
Dokumentasi





Rp……
d.
Konsumsi




Rp……
Rp……
e.
Honor Pembicara




Rp……
Rp……
f.
Suvenir



Rp……

Rp……
g.
Seminar



Rp……
Rp……
Rp……
h.
Lain-lain
Rp……
Rp……
Rp……
Rp……
Rp……
Rp……

Jumlah
Rp……
Rp……
Rp……
Rp……
Rp……
Rp……








III.
SELISIH
Rp……
Rp……
Rp……
Rp……
Rp……
Rp……
IV.
SALDO AWAL
Rp……
Rp……
Rp……
Rp……
Rp……
Rp……

Jumlah III dan IV
Rp……
Rp……
Rp……
Rp……
Rp……
Rp……








V.
SALDO AKHIR
Rp……
Rp……
Rp……
Rp……
Rp……
Rp……









Apa dasar pembuatan anggaran biaya/anggaran kas seperti yang dicontohkan diatas ? Dasarnya adalah jadwal kegiatan kita akan tahu kapan suatu aktifitas harus dimulai dan berakhir, dan berapa perkiraan biaya yang harus dikeluarkan. Perlu diingat bahwa untuk menyusun jadwal kegiatan kita perlu melakukan work breakdown structure, yaitu upaya memerinci aktifitas-aktifitas apa saja yang diperlukan untuk melaksanakan suatu kegiatan. Misalnya, jika kita akan menyelenggarakan suatu seminar maka rincian aktifitasnya antara lain :
  1. Menghubungi pembicara
  2. Memesan tempat/gedung
  3. Merancang perangkat-perangkat publikasi
  4. Memproduksi perangkat-perangkat publikasi
  5. Mendistribusikan perangkat-perangkat publikasi
  6. Menerima pendaftaran peserta
  7. Menyiapkan seminar kit
  8. Memesan konsumsi
  9. Pelaksanaan
  10. ……..

Kegiatan-kegiatan tersebut selanjutnya dapat kita organisasikan ke dalam suatu model net work planning, yang akan memudahkan kita menyusun jadwal kegiatan yang relatif tepat dan akurat.

Bagian kedua dari sebuah proposal – rencana kegiatan – biasanya memuat nama kegiatan, tema (jika ada), waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan, penyelenggara, peserta, dan anggaran biaya. Di sini kita melihat bahwa pada bagian rencana kegiatan ini seluruh unsur perencanaan yang biasa dirumuskan menjadi 5W + 1H tercakup didalamnya. Sebagaimana kita ketahui formula 5W + 1H merupakan singkatan dari : What (apa yang akan dilaksanakan), When (kapan waktu pelaksanaan), Where (dimana kegiatan dilaksanakan), Who (siapa yang melaksanakan kegiatan itu), to Whom (untuk siapa kegiatan tersebut ditujukan), dan How (bagaimana kegiatan tersebut dikelola, didanai dan dilaksanakan).

Di dalam isi proposal, dibawah judul “penyelenggara” dan “anggaran biaya”  biasanya hanya dicantumkan deskripsi singkat menyangkut instansi penyelenggara dan sumber-sumber pembiayaan kegiatan serta pos-pos pengeluaran. Rincinya – berupa daftar panitia dan rincian anggaran biaya – dimasukkan sebagai bagian dari lampiran.

IV. DISKUSI


1.       Buatlah alasan 10 alasan kenapa anda harus mengikuti acara ini?
2.       Buatkan  5 cara  agar anda dapat mengikuti acara ini.
3.       Tuliskan urutan dari  awal hingga akhir sehingga anda bissa di ruangan ini
4.       Tuliskanlah hal-hal yang anda gunakan selama anda menuju tempat ini


V. PENUTUP


            “Dan katakanlah : “Bekerjalah kamu, maka Allah dan RasulNya serta orang-orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”. (At Taubah : 105)





 
Top